Slider

Powered by Blogger.

Inspirasi

Misteri

Health

Fashion

Kuliner

Video Rekomentasi

       
Namanya dodong, anak bajo dari wakatobi, mencari ikan adalah hidup dia, memanah ikan adalah keahlian dia. dodong sisiwaku kelas 5, dia acap kali memilih memanah dengan ayahnya di laut dari pada sekolah.
       Laut menjadi bagian dari hidup kami disini, aku tinggal di desa "Sama Bahari" diatas laut dangkal. Sama artinya Bajo dan Bahari artinya Laut, sama bahari berarti bajo laut. 1700 orang tinggal di wilayah yang seluas 300.000m2, desa ini berada di Pulau kaledupa, kab. wakatobi Sulawesi Tenggara. Nama Wakatobi merupakan kependekan dari empat pulau, yaitu Pulau Wangiwangi, Pulau Kaledupa, Pulau Tomia, dan Pulau Binongko. inilah salah satu anugerah yang Tuhan berikan untuk Indonesia, Taman Naional laut wakatobi memiliki habitat 750 koral dari total 850 spesies koral di dunia.bahkan PBB (UNESCO) menetapkan Wakatobi sebagai salah satu pusat Biosfer dunia.
      Tak jarang banyak turis dari berbagai negara mengunjungi pulau ini hanya untuk diving melihat keindahan bawah laut wakatobi. Tapi sayang keindahan dan kepopuleran pulau wakatobi berbanding terbalik dengan kualitas sumber daya manusianya. Tingkat Pendidikan menjadi muasalnya, orang luar yang menikmati, pribumi menjadi pembantu di rumah sendiri. 
     Namaku Syahrir Huda, asli orang minang yang kuliah di Palembang. aku lulusan Universitas Sriwijaya, Jurusan Administrasi Negara, dan aku menjadi relawan Sekolah Guru Indonesia. menjadi guru disini tak hanya memperhatikan bagaimana mengajar yang baik, tapi bagaimana mengajak siswa supaya mau berangkat ke sekolah. aku  mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Hubbul Wathan, aku tadinya mengajaran pelajaran Pendidikan Agama Islam, tetapi karena banyak mata peajaran yang masih belum ada gurunya, akhinya aku  mengajar hampir di semua mata pelajaran dan aku menjabat sebagai wali kelas. mengajar disini tidaklah semudah mengajar di sekolah modern, guru disini sering dipusingkan dengan kelakuan para siswa yang nakal sekali. siswa disini sering keluar masuk kelas sendiri, meskipun gurunya sedang mengajar di depan kelas. dengan polosnya mereka pulang tanpa meminta ijin kepada gurunya. dan acap kali guru disana sering menggunakan lidi untuk mengatur sisiwanya supaya dapat diatur. selain itu juga karakter siswa disana sangatlah buruk, sering melawan kepada guru, sering membuang sampah dimana saja. mungkin karena pengaruh lingkungan disana yang letak geografisnya di pantai. guru di Madrasah Ibtidaiyah Hubbul Wathan semuanya adalah honorer yang dibayar Rp. 800.000,- oer Tri wulan, guru disana berasal dari luar desa   keSama bahari, sehingga mereka harus menaiki perahu supaya bisa mengajar di Madrasah Ibtidaiyah Hubbul Wathan. banyakan penduduk di Pulau Kaledupa buta huruf dan tidak terlalu mementingkan pendidikan anak-anaknya. inilah suatu sisi di Wakatobi tentang paradoks para penerus yang selama ini tersamarkan.

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »
Post Comments
Viewed Articles
Thanks For Your Comment Here