Pengalaman Bukan Guru yang Baik

Di jaman sekarang, yang serba gaul kalau gak gaul terasingkan, yang serba canggih, kalau gak punya smartphone itu sudah kaya di kuburan. yang serba modern, kalau gak punya ac di kamar berasa di padang pasir setahun. ya pokoknya serba-serbi deh kaya surabi :3. kita sebagai manusia yang hidup di jaman yang lumayan agak maju (meskipun aya keneh delman anu di tarik ku kuda ge), tidak bisa dipungkiri kita terjajah oleh kemajuan itu sendiri. dikala kita asyik dengan gadgetnya masing-masing, asyik dengan motornya masing-masing, bahkan asyik dengan kacanya masing-masing. kita sering melupakan diri kita dan teman-teman sekitar kita dan mungkin orang tua kita :3. Guru sekaligus teman anak jaman sekarang adalah OM GOOGLE. Mengapa harus memilih google? karena google banyak tahu semua hal di dunia ini, tetapi tetap yang paling maha tahu adalah ALLOH SWT :). google hanyalah mesin yang dibuat oleh manusia dan sekaligus menjadi bos manusia. mengapa  demikian? karena kebanyakan orang terhalusinasi oleh sihir mbah google. sudahlah basa-basinya, sekarang fokus ke topik utama. Check this Out :

Dari SD sampai Kuliah, saya masih sering dengar orang berkata "Guru yang paling baik adalah pengalaman". Saya suka merasa bosan bila mendengar kata itu, karena pasti yang berkata demikian adalah orang yang gagal pada waktu itu. Tapi fakta membuktikan, pengalaman itu bukan guru yang baik. kalau saja pengalaman itu guru yang terbaik, mana mungkin ada napi yang keluar masuk penjara karena kasus yang sama.

 Kalau saja pengalaman itu guru yang baik. Di rumah tangga, salah satu penyebab pertengkaran seorang suami dan istri ialah karena salah nada. seorang suami membentak isterinya dengan nada tinggi, eh istrinya malah membalas dengan nada yang lebih tinggi. sudah tahu bahwa nada tinggi itu sensitif kalau dalam rumah tangga, malah diulang lagi dan lagi.

Namun yang terbaik adalah merenungkan pengalaman itu. hanya dengan direnungkan dan sadar, barulah kita akan berubah menjadi lebih baik.